JATENGTERKINI.ID - Kitong Bisa Foundation (KBF) International kembali mengambil inisiatif untuk memfasilitasi diskusi mengenai kerja sama investasi antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Acara ini melibatkan anggota Parlemen dari kedua negara dan berlangsung di Arizona, bekerjasama dengan Phoenix Committee on Foreign Relations (PCFR).
 |
| Dok: Antaranews |
Diskusi ini menjadi langkah penting dalam memperkuat hubungan ekonomi, dengan fokus pada investasi dan teknologi, terutama di sektor kecerdasan buatan (AI) dan semikonduktor.
Billy Mambrasar, salah satu delegasi Indonesia, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan keberhasilan kedua KBF International setelah sebelumnya berhasil mengundang investor Hollywood ke Indonesia pada pertengahan 2024. "Program ini merupakan keberhasilan kedua dari KBF International, setelah sebelumnya sukses bekerjasama dengan KJRI LA mengundang investor Hollywood ke Indonesia di pertengahan 2024 lalu untuk investasi pembuatan film," katanya dalam keterangannya di Jakarta.
KBF International adalah organisasi nirlaba yang didirikan oleh Ananda Hutapea, seorang diaspora Indonesia yang berbasis di Arizona. Delegasi Indonesia dalam acara ini terdiri dari anggota DPR, staf khusus presiden, serta perwakilan dari bisnis, startup, dan NGO.
Inisiatif ini bertujuan untuk mempererat hubungan internasional melalui kerjasama bisnis yang strategis. Billy menekankan bahwa kerja sama ini sangat penting untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. "Kami ingin melihat Indonesia dan Arizona tumbuh bersama dalam investasi teknologi yang strategis. Program ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi tentang masa depan yang kita bangun bersama terutama dalam hal hilirisasi nikel dan rare-earth minerals yang menjadi bagian penting dari revolusi teknologi global," tambahnya.
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, yang akrab disapa Sara, menyatakan optimisme terhadap prospek kerjasama ini. Ia mencatat bahwa Arizona memiliki potensi besar di sektor semikonduktor, sementara Indonesia kaya akan sumber daya mineral. "Kami di sini bukan hanya untuk mencari investasi, tetapi untuk membangun fondasi kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan bagi kedua negara," ujarnya.
Sara juga mencatat bahwa proyek besar dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) di Arizona diharapkan dapat mendorong pengembangan teknologi AI. Keterlibatan Arizona dalam sektor ini diharapkan mempercepat hilirisasi di Indonesia dan menciptakan sinergi antara industri teknologi tinggi dan sektor pertambangan.
Delegasi Indonesia tidak hanya bertemu dengan DPRD Arizona, tetapi juga melakukan pertemuan dengan Otoritas Perdagangan Arizona dan Dewan Ekonomi Phoenix Raya. Pertemuan ini bertujuan untuk merumuskan kesepakatan investasi jangka panjang serta mendiskusikan potensi pengembangan sektor-sektor unggulan di Indonesia.
Ananda Hutapea, pendiri KBF International, menggarisbawahi misi organisasi dalam membangun jembatan ekonomi dan budaya antara kedua negara. "Dengan kerja sama ini, kami berharap dapat memberikan manfaat nyata bagi kedua negara, terutama dalam hal menciptakan lapangan kerja dan inovasi teknologi," ujarnya.
Sebagai bagian dari agenda, delegasi Indonesia juga mengunjungi kantor pusat Freeport di Arizona untuk memperkuat hubungan di sektor pertambangan. Kunjungan ini diharapkan membuka peluang baru untuk kerjasama Freeport dalam pengembangan tambang di Indonesia, terutama dalam konteks hilirisasi yang semakin penting di era transisi energi.
KBF International menunjukkan komitmennya dalam memperluas jembatan diplomasi ekonomi antara Indonesia dan AS, khususnya dengan negara bagian Arizona. Dengan inisiatif yang berkelanjutan, KBF International berupaya menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi kedua belah pihak dan membangun koneksi di sektor-sektor krusial yang akan mendefinisikan ekonomi global dalam beberapa dekade mendatang.
